Admin 2025-04-16 23:00:54
SMP N 1 Rejoso Manfaatkan Sampah Organik Jadi Sabun Padat Ramah Lingkungan
Rejoso (SPNU) : SMP Negeri 1 Rejoso sukses menyulap sampah
yang tak memiliki nilai manfaat menjadi produk berkualitas dan ramah
lingkungan.
Para murid dan guru di sekolah ini berhasil memproduksi sabun cair dan sabun
padat ramah lingkungan yang dibuat dari eco enzim, hasil fermentasi sampah
organik.
Seperti yang terlihat pada Selasa (15/4/2025) siang. Para pelajar dari extra
kulikuler pendidikan lingkungan hidup (PLH) sibuk mencampurkan bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat sabun ramah lingkungan seperti methyl ester sulfonate
(MES), minyak kelapa sawit, coco glukoasida, garam texapon, pewarna kue, dan
parfum ramah lingkungan yakni esensial oil.
Guru Pembina extra PHL, Khusnul Khotimah menjelaskan seluruh bahan tersebut
plus cara pembuatan sekaligus petunjuk pembuatan ketika sudah jadi produk telah
dibukukan. Dalam artian sudah ditulis dalam catatan resmi, sehingga bisa
dibagikan ke siapa saja yang ingin membuat produk yang sama.
"Semuanya telah kami bukukan. Mulai dari bahannya apa saja, bagaimana cara
membuatnya sampai petunjuk penggunaan ketika sudah jadi sabun yang siap
dipakai," jelasnya.
Dijelaskan Khusnul, produk-produk sabun yang diproduksi para siswa-siswi tak
hanya digunakan untuk pribadi. Melainkan laris diserbu para guru, wali murid
hingga menjadi salah satu produk andalan yang dijual dalam berbagai kegiatan
seperti MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah), pameran dan lainnya.
"Sesuai arahan ibu Kepala Sekolah, produk yang dibuat anak-anak bisa
dipamerankan dan banyak yang suka. Padahal harganya murah, mulai Rp 2
ribu," singkatnya.
Sementara itu, Kepala SMP Negeri 1 Rejoso, Situ Nurjanah selalu mengingatkan
kepada seluruh penghuni sekolah agar mampu memanfaatkan apapun yang ada di
sekitar menjadi sesuatu yang memiliki nilai. Salah satunya sampah organik.
Ia berpendapat bahwa sampah tidak menjadi suatu masalah bagi orang yang super
kreatif. Maka dari itu, saat banyak sampah organik yang dibuang begitu saja, ia
dan para guru sepakat untuk menyulapnya menjadi sebuah produk yang bisa
bermanfaat, minimal untuk kebutuhan sehari-hari.
"Sampah itu tergantung siapa yang menanganinya. Bagi orang orang kreatif,
justru sampah menjadi berkah. Orang tersebut tidak hanya sukses mengatasi
timbunan atau bau yang berasal dari sampah, tapi menjadi income untuk
penghasilan, sehingga ekonomi menjadi meningkat," tegasnya.
Dengan inovasi yang dibuat para pelajar dan guru, Nurjanah berharap ke depannya
terus dipertahankan, bahkan dilanjutkan dengan inovasi yang terbarukan.
"Yang awalnya mahal jadi murah. Dari sesuatu yang tidak ramah lingkungan
menjadi ramah lingkungan. Selamat buat guru dan anak-anak, saya tekankan untuk
terus berinovasi. Dari sabun kemudian dibuat jadi pupuk dan produk
lainnya," harapnya. (eml/rbt)