Admin    2023-07-12 12:21:28

Nurita Batik. Pertahankan Motif Bunga Khas Kabupaten Pasuruan Sebagai Ciri Khas

Di tengah tren fashion yang terus up date dari waktu ke waktu, ada para pembatik yang ternyata bertahan dengan karyanya. Bahkan tak perlu khawatir dalam hal saingan.

Salah satunya adalah Nurita Iza Rosdiany (54), pembatik dari Desa Cangkringmalang, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan.

Saat ditemui di rumahnya, selasa (11/07/2023) siang, Nurita bercerita seputar bagaimana bisa tetap tetap eksis membatik namun tetap mengikuti tren fashion yang ada.

Menurutnya, batik di era kekinian tak melulu dipakai kalangan dewasa. Melainkan remaja millenial yang bisa mengenakan batik dengan tetap modis dan fashionable. Tepatnya dengan memadu padankan motif batik menjadi lebih trendy, anak muda banget dan stylist.

"Sekarang ini batik bisa dibuat jadi apa saja. Bukan hanya kemeja, tapi jas, blazer, celana pendek, kaos dan lainnya. Tinggal bagaimana pintar-pintarnya memadupadankan," katanya.

Perihal kesukaan akan membatik, Nurita mengaku mulai tertarik sejak melihat lomba membatik yang diselenggarakan oleh Pemkab Pasuruan di tahun 2014 silam. Ia melihat jumlah peserta hanya 3 orang saja. Dari situlah muncul niatan untuk belajar mengenal batik.

Gayung bersambut, PT Sorini, salah satu perusahaan di Beji menggelar pelatihan membatik. Disitulah ia menjadi salah satu peserta dan kesempatan itu tak ia sia-siakan supaya lebih tahu bagaimana cara membatik yang baik dan benar.

"Saya terima kasih kepada PT Sorini yang membuat pelatihan waktu itu. Dan kini, saya malah yang melatih kegiatan membatik dari CSR PT Sorini, betul-betul berkah," ungkapnya.

Butuh waktu 4 tahun sampai Nurita bisa membuat batik untuk orang lain. Dalam artian batik yang bisa dibuat dan diperjual belikan kepada para pecinta batik.

"Empat tahun saya kadang membatik kadang nggak. Pas di tahun 2018 saya putuskan untuk membuat batik untuk bisnis," singkatnya.

Dalam hal motif, Nurita lebih menonjolkan motif yang menjadi kekayaan alam setempat. Dia lebih memilih flora, seperti krisan atau seruni (Chrysanthemum) dan sedap malam (Polianthes tuberosa), sebagai pilihan. Namun ia tak menolak jikalau banyak pesanan yang datang kepadanya, namun mengharuskan dengan motif lain.

"Kalau sudah bisnis, pesan motif apapun akan saya ladeni. Karena ini peluang dan kesempatan untuk mengasah kemampuan saya lebih luas lagi," tegasnya.

Nurita meyakini, kekhususan motif flora miliknya bisa menjadi modal untuk bisa bertahan di tengah kuatnya persaingan. Dengan harga Rp 150.000-Rp 500.000 per lembar kain untuk teknik cap dan kombinasi serta Rp 1 juta untuk batik tulis, sejauh ini Nurita baru bisa memenuhi pasar lokal.

"Paling mahal beberapa waktu lalu, ada teman di perusahaan yang beli kain saya Rp 2,5 juta. Batik tulis dengan pewarnaan alam," tuturnya.

Dua sistem penjualan, yakni daring dan luring, ditempuh untuk meraih pasar lebih luas.

"Kalau sistem online, saya baru menggunakannya. Saya juga sering update status di media sosial," ujarnya

Kini, Nurita merasakan jerih payahnya dalam mengembangkan batik. Dengan 7 orang pegawai yang bekerja di rumahnya, ia mengaku terus kebanjiran order, baik dari instansi pemerintahan, perusahaan dan masyarakat umum.

"Pokoknya bersyukur, karena batik saya banyak yang menyukainya," tutupnya. (emil)

  • Share :
0 Komentar
Tulis Komentar
Phone:
Email:
Copyright @2023. Diskominfo Kabupaten Pasuruan